Asal
usul bahasa minang
Perkataan Minangkabau merupakan gabungan dua perkataan, yaitu,
minang yang bermaksud “menang” dan kabau untuk “kerbau”. Menurut lagenda, nama
ini diperoleh daripada peristiwa perselisihan di antara kerajaan Minangkabau
dengan seorang putera dari negara berjiran mengenai isu tanah. Untuk
mengelakkan diri mereka dari pada berperang, rakyat Minangkabau mencadangkan
pertandingan adu kerbau di antara kedua pihak. Putera tersebut setuju dan
menonjolkan seekor kerbau yang besar dan ganas. Rakyat setempat pula hanya
menonjolkan seekor sapi yang lapar tetapi dengan tanduk yang telah ditajamkan.
Semasa peraduan, sang sapi dengan tidak sengaja merodok tanduknya di perut
kerbau yang ganas itu kerana ingin mencari puting susu untuk meghilangkan
kelaparannya. Kerbau yang ganas itu mati dan rakyat tempatan berjaya
menyelesaikan pergelutan tanah itu dengan cara yang aman.
Keberadaan
bahasa minang
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah salah
satu anak cabang bahasa Austronesia yang dituturkan khususnya di wilayah
Sumatra Barat, bagian barat propinsi RIAU serta tersebardi berbgai kota di
seluruh Indonesia.
Secara
historis, daerah sebar tutur Bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah
kekuasaan Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Batusangkar, Sumatra Barat.
Batas-batasnya biasa dinyatakan dalam ungkapan Minang berikut ini:
Dari Sikilang
Aia Bangih
hingga Taratak Aia Hitam.
Dari Durian Ditakuak Rajo
hingga Sialang Balantak Basi.
hingga Taratak Aia Hitam.
Dari Durian Ditakuak Rajo
hingga Sialang Balantak Basi.
Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di daerah
Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatera Utara. Taratak Aia Hitam
adalah daerah Bengkulu. Durian Ditakuak Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo,
Jambi. Yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah di Rantau Barangin,
Kabupaten Kampar, Riau sekarang.
Bahasa Minangkabau juga menjadi bahasa lingua franca
di kawasan pantai barat Sumatra Utara, bahkan menjangkau jauh hingga pesisir
barat Aceh. Di Aceh, penutur bahasa ini disebut sebagai Aneuk Jamee. Selain
itu, bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh masyarakat Negeri Sembilan,
Malaysia yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal ranah Minang sejak
berabad-abad silam.
Untuk komunikasi antar penutur bahasa Minangkabau
yang sedemikian beragam ini, akhirnya dipergunakanlah dialek Padang sebagai
bahasa baku Minangkabau atau disebut Baso Padang atau Baso Urang Awak. Bahasa
Minangkabau dialek Padang inilah yang menjadi acuan baku (standar) dalam
menguasai bahasa Minangkabau.
Dialek bahasa minang
Dialek bahasa Minangkabau sangat bervariasi, bahkan antar
kampung yang dipisahkan oleh sungai sekalipun sudah mempunyai dialek yang
berbeda. Perbedaan terbesar adalah dialek yang dituturkan di kawasan Pesisir
Selatan dan dialek di wilayah Muko-Muko, Bengkulu.
Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan di Negeri Sembilan, Malaysia dan yang disebut sebagai Aneuk Jamee di Aceh, terutama di wilayah Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan. Berikut ini adalah perbandingan perbedaan antara beberapa dialek:
Bahasa Indonesia/ Bahasa Melayu: Apa katanya kepadamu?
Bahasa Minangkabau “baku” : A keceknyo jo kau?
Mandahiling Kuti Anyie : Apo kecek o kö gau?
Padang Panjang : Apo keceknyo ka kau?
Pariaman : A kate e bakeh kau?
Ludai : A kecek o ka rau?
Sungai Batang : Ea janyo ke kau?
Kurai : A jano kale gau?
Kuranji : Apo kecek e ka kau?
Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan di Negeri Sembilan, Malaysia dan yang disebut sebagai Aneuk Jamee di Aceh, terutama di wilayah Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan. Berikut ini adalah perbandingan perbedaan antara beberapa dialek:
Bahasa Indonesia/ Bahasa Melayu: Apa katanya kepadamu?
Bahasa Minangkabau “baku” : A keceknyo jo kau?
Mandahiling Kuti Anyie : Apo kecek o kö gau?
Padang Panjang : Apo keceknyo ka kau?
Pariaman : A kate e bakeh kau?
Ludai : A kecek o ka rau?
Sungai Batang : Ea janyo ke kau?
Kurai : A jano kale gau?
Kuranji : Apo kecek e ka kau?
Ada beberapa dialek yang berbeda dari satu daerah dengan
daerah lainnya. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara bahasa Minangkabau
dengan Bahasa Indonesia baik dalam bentuk maupun tatabahasanya. Perbedaan yang
terjadi hanya pada ejaan terutama dalam pemakaian Vowel.
A. Vowel a dan e dalam Bahasa Indonesia menjadi “o” dalam Bahasa
Minangkabau.
Apa menjadi “Apo”.
Mana menjadi “Mano”
Petang menjadi “Patang”
Senja menjadi “Sanjo”
Tua menjadi “Tuo”
Apa menjadi “Apo”.
Mana menjadi “Mano”
Petang menjadi “Patang”
Senja menjadi “Sanjo”
Tua menjadi “Tuo”
B. Penutur
Bahasa Minang kadangkala menghilangkan suku kata diakhir sebuah kata. Misalnya:
Kemana menjadi “Kamano” dan diucapkan “kama”
Mengapa jadi “Mangapo” dan diucapkan “Manga”
Berapa jadi “Barapo” dan diucapkan “Bara”
Bagaimana jadi “Bagaimano” dan diucapkan “Baa”
Kemana menjadi “Kamano” dan diucapkan “kama”
Mengapa jadi “Mangapo” dan diucapkan “Manga”
Berapa jadi “Barapo” dan diucapkan “Bara”
Bagaimana jadi “Bagaimano” dan diucapkan “Baa”
Lihat
contoh kalimat dibawah ini:
Apakah yang akan kamu kerjakan?
Dalam Bahasa Minangkabau menjadi a tu nan ka karajo ang
atau apa sebabnya maka ia lari?
menjadi ba a mangko inyo lari?
Apakah yang akan kamu kerjakan?
Dalam Bahasa Minangkabau menjadi a tu nan ka karajo ang
atau apa sebabnya maka ia lari?
menjadi ba a mangko inyo lari?
C. Pada
beberapa kata sambungan ada yang tidak dikenal akar silsilahnya seperti kata
sambungan “jo”, misalnya dalam kalimat jo a wa ang ka mari? (dengan apa kamu kemari?).
Perkataan jo disini memiliki arti dengan. Ada juga pengertiannya yang lain pada
kalimat berikut “itulah jannyo hambo” (itulah kata hamba).
D.
Dalam kata-kata kiasan (pantun), prosa dan puisi
Minangkabau, penggunaan kata “jo” memiliki pengertian yang sangat besar.
Perhatikan pantun berikut:
Anak urang di sungai lasiah
Nak mudiak ka Batang Hari
Mandaki jalan babelok
Manurun ka Bangka Hulu
Kok tasuo silang jo salisiah
Sarato banta jo ka lami
Dibaiki sajo jo nan elok
Itu banamo urang panghulu.
Nak mudiak ka Batang Hari
Mandaki jalan babelok
Manurun ka Bangka Hulu
Kok tasuo silang jo salisiah
Sarato banta jo ka lami
Dibaiki sajo jo nan elok
Itu banamo urang panghulu.
E.
Dalam bahasa Minangkabau, ada huruf mati yang
dihilangkan atau dipertukarkan, misalnya dalam perkataan habis. huruf h
dihilangkan dan huruf s diganti dengan huruf h sehingga menjadi abih, manis
menjadi manih, hangus menjadi anguih.
F.
Ada juga beberapa daerah menghilangkan r pada suku
kata kedua, umpamanya “garam” menjadi “ga-am”, “beras” menjadi “bareh” atau “ba-eh”
dan sebagainya.
G.
Di daerah Pariaman, suku kata atau perkataan “nya”
diganti dengan huruf hidup e. umpamanya “kapan dia kemari?” menjadi “bilo wak e
kama-i?”, roman apa romannya menjadi coman a coman e.
H.
Dalam bahasa
Minangkabau ada bunyi majemuk yang terdiri dari vokal u dan a (ua), u dan i
(ui) i dan e (ie) a dan i (ai). Vokal kedua dalam bunyi majemuk itu pendek
sekali dan kurang sempurna bunyinya, disebut dengan vokal pelancar. Vokal ini
seharusnya dinyatakan dengan vokal yang bertanda (pepet) di atasnya.
Perubahan bunyi
a.Perubahan Bunyi Morfem Awal
Per-pa : Pertinggi = Patinggi, Perantau = Parantau
ter-ta : Tertipu = Tatipu, Tergoda = Tagoda
te-ta : Telanjang = Talanjang, Terusan Tarusan
ber-ba : Berlimau = Balimau, Berjudi = Bajudi
be-ba : Beban = Baban, Belang = Balang
ke-ka : Kenyang = Kanyang, Kelam = Kalam
me-ma : Melipat = Malipek, Meletus = Malatuih
men-man : Mencetak = Mancetak, Mencontoh = Mancontoh
mem-mam : Membelai = Mambelai, Membisu = Mambisu
ter-ta : Tertipu = Tatipu, Tergoda = Tagoda
te-ta : Telanjang = Talanjang, Terusan Tarusan
ber-ba : Berlimau = Balimau, Berjudi = Bajudi
be-ba : Beban = Baban, Belang = Balang
ke-ka : Kenyang = Kanyang, Kelam = Kalam
me-ma : Melipat = Malipek, Meletus = Malatuih
men-man : Mencetak = Mancetak, Mencontoh = Mancontoh
mem-mam : Membelai = Mambelai, Membisu = Mambisu
b. Perubahan bunyi morfem tengah
Tertelungkup = Tatungkuik
Terhempas = Tahampeh
Sebentar = Sabanta
Lihat = Liek
c. Perubahan bunyi morfem akhir
uk – uak : Duduk = Duduak, Lapuk = Lapuak.
ik – iak : Titik = Titiak, Pasir = Kasiak.
ut – uik : Rumput = Rumpuik, Belut = Baluik.
at – aik : Adat = Adaik, Keramat = Karamaik.
a – o : Kuda = Kudo, Sama = Samo.
al – a : sambal Samba, Kapal = Kapa.
ar – a : Akar = Aka, Ular = Ula.
uh – uah : Suruh = Suruah, Musuh = Musuah.
up – uik : Cukup = Cukuik, Tutup = Tutuik.
is – ih : Manis = Manih.
ik – iak : Titik = Titiak, Pasir = Kasiak.
ut – uik : Rumput = Rumpuik, Belut = Baluik.
at – aik : Adat = Adaik, Keramat = Karamaik.
a – o : Kuda = Kudo, Sama = Samo.
al – a : sambal Samba, Kapal = Kapa.
ar – a : Akar = Aka, Ular = Ula.
uh – uah : Suruh = Suruah, Musuh = Musuah.
up – uik : Cukup = Cukuik, Tutup = Tutuik.
is – ih : Manis = Manih.
d. Kombinasi (perubahan morfem awal, tengah, akhir)
Menceritakan = Mancaritoan
Kemelut = Kamaluik
Mengambilkan = Maambikan
Meneruskan = Manaruihan
Kemelut = Kamaluik
Mengambilkan = Maambikan
Meneruskan = Manaruihan
e. Perbandingan bahasa Minang dengan bahasa Melayu/Indonesia
Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara
Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu/Indonesia. M. Rusli dalam Peladjaran
Bahasa Minangkabau menyebutkan pada pokoknya perbedaan antara Bahasa
Minangkabau dan Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal, selain perbedaan
beberapa kata. Contoh-contoh perbedaan lafal Bahasa Melayu/Indonesia dan Bahasa
Minangkabau adalah sebagai berikut:
Awalan ter-, ber-, per- menjadi ta-, ba-, pa-. Contoh: berlari, termakan, perdalam (Bahasa Melayu/Indonesia) menjadi balari, tamakan, padalam (Bahasa Minangkabau).
Awalan ter-, ber-, per- menjadi ta-, ba-, pa-. Contoh: berlari, termakan, perdalam (Bahasa Melayu/Indonesia) menjadi balari, tamakan, padalam (Bahasa Minangkabau).
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Dalam adat minangkabau masyarakat wajib mengetahui hal-hal, ketentuan, dan yang berhubungan dengan bahasa minang agar bahasa minang tidak dicampur dengan bahasa lain.
2. Bahasa minangkabau adalah bahasa minang yang telah memilki ketentuan-ketentuan khusus sehingga diakui oleh bangsa dan negara.
1. Dalam adat minangkabau masyarakat wajib mengetahui hal-hal, ketentuan, dan yang berhubungan dengan bahasa minang agar bahasa minang tidak dicampur dengan bahasa lain.
2. Bahasa minangkabau adalah bahasa minang yang telah memilki ketentuan-ketentuan khusus sehingga diakui oleh bangsa dan negara.
Saran
Pada saat zaman sekarang ini kita para generasi muda minang, hendaklah
memahami arti dan makna dari bahasa minangkabau. Karena sangat penting bagi
kita di era globalisasi agar kita tidak melupakan bahasa kita sendiri. ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar