Sabtu, 09 Maret 2013

Bahasa Minang






Asal usul bahasa minang
Perkataan Minangkabau merupakan gabungan dua perkataan, yaitu, minang yang bermaksud “menang” dan kabau untuk “kerbau”. Menurut lagenda, nama ini diperoleh daripada peristiwa perselisihan di antara kerajaan Minangkabau dengan seorang putera dari negara berjiran mengenai isu tanah. Untuk mengelakkan diri mereka dari pada berperang, rakyat Minangkabau mencadangkan pertandingan adu kerbau di antara kedua pihak. Putera tersebut setuju dan menonjolkan seekor kerbau yang besar dan ganas. Rakyat setempat pula hanya menonjolkan seekor sapi yang lapar tetapi dengan tanduk yang telah ditajamkan. Semasa peraduan, sang sapi dengan tidak sengaja merodok tanduknya di perut kerbau yang ganas itu kerana ingin mencari puting susu untuk meghilangkan kelaparannya. Kerbau yang ganas itu mati dan rakyat tempatan berjaya menyelesaikan pergelutan tanah itu dengan cara yang aman.


Keberadaan bahasa minang
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang dituturkan khususnya di wilayah Sumatra Barat, bagian barat propinsi RIAU serta tersebardi berbgai kota di seluruh Indonesia.
Secara historis, daerah sebar tutur Bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Batusangkar, Sumatra Barat. Batas-batasnya biasa dinyatakan dalam ungkapan Minang berikut ini:
Dari Sikilang Aia Bangih
hingga Taratak Aia Hitam.
Dari Durian Ditakuak Rajo
hingga Sialang Balantak Basi.
Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatera Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu. Durian Ditakuak Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah di Rantau Barangin, Kabupaten Kampar, Riau sekarang.
Bahasa Minangkabau juga menjadi bahasa lingua franca di kawasan pantai barat Sumatra Utara, bahkan menjangkau jauh hingga pesisir barat Aceh. Di Aceh, penutur bahasa ini disebut sebagai Aneuk Jamee. Selain itu, bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh masyarakat Negeri Sembilan, Malaysia yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal ranah Minang sejak berabad-abad silam.
Untuk komunikasi antar penutur bahasa Minangkabau yang sedemikian beragam ini, akhirnya dipergunakanlah dialek Padang sebagai bahasa baku Minangkabau atau disebut Baso Padang atau Baso Urang Awak. Bahasa Minangkabau dialek Padang inilah yang menjadi acuan baku (standar) dalam menguasai bahasa Minangkabau.


Dialek bahasa minang
Dialek bahasa Minangkabau sangat bervariasi, bahkan antar kampung yang dipisahkan oleh sungai sekalipun sudah mempunyai dialek yang berbeda. Perbedaan terbesar adalah dialek yang dituturkan di kawasan Pesisir Selatan dan dialek di wilayah Muko-Muko, Bengkulu.
Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan di Negeri Sembilan, Malaysia dan yang disebut sebagai Aneuk Jamee di Aceh, terutama di wilayah Aceh Barat Daya dan Aceh Selatan. Berikut ini adalah perbandingan perbedaan antara beberapa dialek:
Bahasa Indonesia/ Bahasa Melayu: Apa katanya kepadamu?
Bahasa Minangkabau “baku” : A keceknyo jo kau?
Mandahiling Kuti Anyie : Apo kecek o kö gau?
Padang Panjang : Apo keceknyo ka kau?
Pariaman : A kate e bakeh kau?
Ludai : A kecek o ka rau?
Sungai Batang : Ea janyo ke kau?
Kurai : A jano kale gau?
Kuranji : Apo kecek e ka kau?
Ada beberapa dialek yang berbeda dari satu daerah dengan daerah lainnya. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara bahasa Minangkabau dengan Bahasa Indonesia baik dalam bentuk maupun tatabahasanya. Perbedaan yang terjadi hanya pada ejaan terutama dalam pemakaian Vowel.
A.      Vowel a dan e dalam Bahasa Indonesia menjadi “o” dalam Bahasa Minangkabau.
Apa menjadi “Apo”.
Mana menjadi “Mano”
Petang menjadi “Patang”
Senja menjadi “Sanjo”
Tua menjadi “Tuo”


B.      Penutur Bahasa Minang kadangkala menghilangkan suku kata diakhir sebuah kata. Misalnya:
Kemana menjadi “Kamano” dan diucapkan “kama”
Mengapa jadi “Mangapo” dan diucapkan “Manga”
Berapa jadi “Barapo” dan diucapkan “Bara”
Bagaimana jadi “Bagaimano” dan diucapkan “Baa”
Lihat contoh kalimat dibawah ini:
Apakah yang akan kamu kerjakan?
Dalam Bahasa Minangkabau menjadi a tu nan ka karajo ang
atau apa sebabnya maka ia lari?
menjadi ba a mangko inyo lari?


C.      Pada beberapa kata sambungan ada yang tidak dikenal akar silsilahnya seperti kata sambungan “jo”, misalnya dalam kalimat jo a wa ang ka mari? (dengan apa kamu kemari?). Perkataan jo disini memiliki arti dengan. Ada juga pengertiannya yang lain pada kalimat berikut “itulah jannyo hambo” (itulah kata hamba).

D.     Dalam kata-kata kiasan (pantun), prosa dan puisi Minangkabau, penggunaan kata “jo” memiliki pengertian yang sangat besar. Perhatikan pantun berikut:
Anak urang di sungai lasiah
Nak mudiak ka Batang Hari
Mandaki jalan babelok
Manurun ka Bangka Hulu
Kok tasuo silang jo salisiah
Sarato banta jo ka lami
Dibaiki sajo jo nan elok
Itu banamo urang panghulu.


E.      Dalam bahasa Minangkabau, ada huruf mati yang dihilangkan atau dipertukarkan, misalnya dalam perkataan habis. huruf h dihilangkan dan huruf s diganti dengan huruf h sehingga menjadi abih, manis menjadi manih, hangus menjadi anguih.

F.       Ada juga beberapa daerah menghilangkan r pada suku kata kedua, umpamanya “garam” menjadi “ga-am”, “beras” menjadi “bareh” atau “ba-eh” dan sebagainya.

G.     Di daerah Pariaman, suku kata atau perkataan “nya” diganti dengan huruf hidup e. umpamanya “kapan dia kemari?” menjadi “bilo wak e kama-i?”, roman apa romannya menjadi coman a coman e.

H.      Dalam bahasa Minangkabau ada bunyi majemuk yang terdiri dari vokal u dan a (ua), u dan i (ui) i dan e (ie) a dan i (ai). Vokal kedua dalam bunyi majemuk itu pendek sekali dan kurang sempurna bunyinya, disebut dengan vokal pelancar. Vokal ini seharusnya dinyatakan dengan vokal yang bertanda (pepet) di atasnya.


Perubahan bunyi
a.Perubahan Bunyi Morfem Awal
Per-pa : Pertinggi = Patinggi,  Perantau = Parantau
ter-ta : Tertipu = Tatipu,  Tergoda = Tagoda
te-ta : Telanjang = Talanjang,  Terusan Tarusan
ber-ba : Berlimau = Balimau,  Berjudi = Bajudi
be-ba : Beban = Baban,  Belang = Balang
ke-ka : Kenyang = Kanyang,  Kelam = Kalam
me-ma : Melipat = Malipek,  Meletus = Malatuih
men-man : Mencetak = Mancetak,  Mencontoh = Mancontoh
mem-mam : Membelai = Mambelai,  Membisu = Mambisu

b. Perubahan bunyi morfem tengah
Tertelungkup = Tatungkuik
Terhempas = Tahampeh
Sebentar = Sabanta
Lihat = Liek

c. Perubahan bunyi morfem akhir
uk – uak : Duduk = Duduak, Lapuk = Lapuak.
ik – iak : Titik = Titiak, Pasir = Kasiak.
ut – uik : Rumput = Rumpuik, Belut = Baluik.
at – aik : Adat = Adaik, Keramat = Karamaik.
a – o : Kuda = Kudo, Sama = Samo.
al – a : sambal Samba, Kapal = Kapa.
ar – a : Akar = Aka, Ular = Ula.
uh – uah : Suruh = Suruah, Musuh = Musuah.
up – uik : Cukup = Cukuik, Tutup = Tutuik.
is – ih : Manis = Manih.
d. Kombinasi (perubahan morfem awal, tengah, akhir)
Menceritakan = Mancaritoan
Kemelut = Kamaluik
Mengambilkan = Maambikan
Meneruskan = Manaruihan
e. Perbandingan bahasa Minang dengan bahasa Melayu/Indonesia
Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu/Indonesia. M. Rusli dalam Peladjaran Bahasa Minangkabau menyebutkan pada pokoknya perbedaan antara Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal, selain perbedaan beberapa kata. Contoh-contoh perbedaan lafal Bahasa Melayu/Indonesia dan Bahasa Minangkabau adalah sebagai berikut:

Awalan ter-, ber-, per- menjadi ta-, ba-, pa-. Contoh: berlari, termakan, perdalam (Bahasa Melayu/Indonesia) menjadi balari, tamakan, padalam (Bahasa Minangkabau).



Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Dalam adat minangkabau masyarakat wajib mengetahui hal-hal, ketentuan, dan yang berhubungan dengan bahasa minang agar bahasa minang tidak dicampur dengan bahasa lain.
2. Bahasa minangkabau adalah bahasa minang yang telah memilki ketentuan-ketentuan khusus sehingga diakui oleh bangsa dan negara.



Saran
Pada saat zaman sekarang ini kita para generasi muda minang, hendaklah memahami arti dan makna dari bahasa minangkabau. Karena sangat penting bagi kita di era globalisasi agar kita tidak melupakan bahasa kita sendiri.    ^_^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar