A.
Karakteristik Raid
Pada
mainboard generasi sekarang, banyak sekali yang sudah dilengkapi dengan fitur RAID, terutama pada
mainboard hi-end. RAID, singkatan dari Redundant Array of Independent Disks merujuk
kepada sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk
mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer
(utamanya adalah hard disk) dengan
menggunakan cara redundansi (penumpukan) data, baik itu dengan menggunakan
perangkat lunak, maupun unit perangkat keras RAID terpisah. Secara umum RAID
merupakan tata cara penggabungan beberapa cakram keras (hard disk) menjadi satu
kesatuan dengan tujuan meningkatkan reliabilitas data dan performa sistem.
Teknologi ini membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk
terpisah. RAID didesain untuk meningkatkan keandalan data dan/atau meningkatkan
kinerja I/O dari hard disk.Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke
dalam beberapa skema, yang disebut dengan “RAID Level”.RAID menggabungkan
beberapa hard disk fisik ke dalam sebuah unit logis penyimpanan, dengan
menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Solusi perangkat keras
umumnya didesain untuk mendukung penggunaan beberapa hard disk secara
sekaligus, dan sistem operasi tidak perlu mengetahui bagaimana cara kerja skema
RAID tersebut. Sementara itu, solusi perangkat lunak umumnya diimplementasikan
di dalam level sistem operasi, dan tentu saja menjadikan beberapa hard disk
menjadi sebuah kesatuan logis yang digunakan untuk melakukan penyimpanan.
RAID terbagi
menjadi 7 tingkatan (level), mulai dari RAID 0 s.d RAID 6. Setiap level bukan
hubungan hierarki tetapi perbedaan desain Arsitektur . Tingkatan-tingkatan
(level) dalam RAID terbagi menjadi 3 karakteristik sbb:
1. RAID sebagai kumpulan dari
beberapa hard disk (physical disk drive) yang oleh sistem operasi hanya
terlihat sebagai sebuah logical drive.
2. Data didistribusikan ke semua
beberapa hard disk dalam array tsb.
3. Redundant disk yang
digunakan untuk menyimpan informasi bit paritas, fungsinya untuk mengembalikan
data apabila terdapat salah satu hard disk data yang rusak.
B. Tingkatan-Tingkatan
Raid
1. RAID 0 (Disk Striping)
Disk
Striping mengijinkan kita untuk menulis data ke beberapa Harddisk daripada
menulis data ke satu Harddisk saja. Dengan Disk Striping, setiap Harddisk fisik
akan dibagi menjadi beberapa elemen stripe (berkisar antara 8 KB, 16 KB, 32 KB,
64 KB, 128 KB, 256KB, 512KB, to 1024KB). Setiap bagian stripe dalam setiap
Harddisk disebut strip.Disk Striping dapat meningkatkan kinerja karena pengaksesan
data diakses dengan lebih dari satu harddisk, sehingga lebih banyak spindle
disk yang bekerja dalam melayani I/O data. Namun Disk Striping (RAID 0) tidak
memiliki data redundancy / proteksi data terhadap kerusakan harddisk, karena
semua data ditulis langsung apa adanya ke semua Harddisk.
Dari sisi
kapasitas, maka RAID 0 kita dapat menggunakan 100% dari total jumlah kapasitas
harddisk yang terpasang.
Contoh: 4
unit Harddisk 300GB RAID 0 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
digunakan sebesar 1.2TB .
2. RAID 1 (Disk Mirroring)
RAID 1 (Disk
Mirroring) bekerja dengan prinsip cermin, yaitu berpasang-pasangan dan identik
antara satu dengan yang lainnya. Jadi dengan RAID 1, data yang ditulis ke satu
Harddisk secara simultan ditulis juga ke Harddisk yang lainnya. Sehingga jika
terjadi kerusakan 1 Harddisk pada RAID 1, system server masih memiliki data
cadangan di harddisk yang lainnya. Dan pada saat Harddisk yang rusak diganti
dengan yang baru, maka secara otomatis, harddisk pengganti yang baru dipasang
akan melakukan sinkronisasi data dengan harddisk yang masih berfungsi
(rebuilding) Keuntungan dari RAID 1 adalah data memiliki cadangan antara yang
ada di harddisk yang satu dengan yang lainnya. Dan karena isi dari kedua
Harddisk tersebut adalah identik, tidak jadi masalah harddisk yang mana yang
boleh rusak selama pada suatu saat hanya satu Harddisk yang rusak, sampai
proses sinkronisasi berikutnya selesai.
Dari sisi
kapasitas, maka RAID 1 kita akan hanya memiliki kapasitas harddisk yang dapat
digunakan sebanyak 50% dari total kapasitas Harddisk yang terpasang
Contoh: 4
unit Harddisk 300GB RAID 1 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat
digunakan sebesar 600GB.
3. RAID 2
Raid juga menggunakan
sistem stripping. Namun ditambahkan tiga harddisk lagi untuk pariti hamming,
sehingga data menjadi lebih reliable. Karena itu, jumlah harddisk yang
dibutuhkan adalah minimal 5 (n+3, n > 1). Ketiga harddisk terakhir digunakan
untuk menyimpan hamming code dari hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di
harddisk lainnya.
Contoh:
Kita memiliki 5 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, D, dan E) dengan ukuran yang sama, masing-masing 40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 2, maka kapasitas yang didapat adalah: 2 x 40GB = 80GB (dari harddisk A dan B). Sedangkan harddisk C, D, dan E tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi pariti hamming dari dua harddisk lainnya: A, dan B. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A atau B), maka data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan pariti kode hamming yang ada di harddisk C, D, dan E.
Kita memiliki 5 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, D, dan E) dengan ukuran yang sama, masing-masing 40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan RAID 2, maka kapasitas yang didapat adalah: 2 x 40GB = 80GB (dari harddisk A dan B). Sedangkan harddisk C, D, dan E tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk menyimpan informasi pariti hamming dari dua harddisk lainnya: A, dan B. Ketika terjadi kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A atau B), maka data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan pariti kode hamming yang ada di harddisk C, D, dan E.
4. RAID 3
Raid 3 juga menggunakan sistem
stripping. Juga menggunakan harddisk tambahan untuk reliability, namun hanya
ditambahkan sebuah harddisk lagi untuk parity.. Karena itu, jumlah harddisk
yang dibutuhkan adalah minimal 3 (n+1 ; n > 1). Harddisk terakhir digunakan
untuk menyimpan parity dari hasil perhitungan tiap bit-bit yang ada di harddisk
lainnya.
Contoh
kasus:
Kita
memiliki 4 harddisk (sebut saja harddisk A,B,C, dan D) dengan ukuran yang sama,
masing-masing 40GB. Jika kita mengkonfigurasi keempat harddisk tersebut dengan
RAID 3, maka kapasitas yang didapat adalah: 3 x 40GB = 120GB. Sedangkan
harddisk D tidak digunakan untuk penyimpanan data, melainkan hanya untuk
menyimpan informasi parity dari ketiga harddisk lainnya: A, B, dan C. Ketika
terjadi kerusakan fisik pada salah satu harddisk utama (A, B, atau C), maka
data tetap dapat dibaca dengan memperhitungkan parity yang ada di harddisk D.
Namun, jika harddisk D yang mengalami kerusakan, maka data tetap dapat dibaca
dari ketiga harddisk lainnya.
5. RAID 4
Raid 4 Sama
dengan sistem RAID 3, namun menggunakan parity dari tiap block harddisk, bukan
bit. Kebutuhan harddisk minimalnya juga sama, 3 (n+1 ; n >1).
6 . RAID 5
(Disk Striping with Distributed Parity)
Raid 5 Sesuai dengan namaya, cara
kerja RAID 5 sama dengan cara kerja RAID 0, yaitu menggunakan disk
striping.Yang membedakan anatara keduanya adalah Parity. Parity ini digunakan
untuk pengecekan dan perbaikan kesalahan (error checking and correcting).
Parity ini disebar di beberapa disk untuk menghindari pengurangan kinerja
(Performance bottleneck) pada saat pembuatan parity. Jika Parity disimpan di
satu harddisk saja, maka disebut RAID 3 (Disk Striping with Dedicated Parity).
Dengan adanya parity ini, maka system RAID 5 tersebut akan tetap berfungsi jika
ada salah satu harddisk dalam RAID 5 tersebut itu rusak. Dan harddisk yang
rusak tersebut dapat harddisk yang mana saja selama berada dalam satu system
RAID 5 yang sama. Karena parity ini berasal dari perhitungan matematik dari
suatu beberapa pecahan data, maka, pada saat ada satu bagian pecahan data yang
hilang/rusak, system RAID 5 dapat “mengetahui” pecahan data yang hilang tesebut
dengan menghitung ulang parity dengan pecahan data yang lainnya.
Secara sederhana, parity bisa
dianalogikan dengan perhitungan matematik sbb; 6 + 5 = 11. Dimana angka 6 &
5 adalah data, dan angka 11 adalah parity. Jika suatu saat angka (Harddisk) 5
mengalami kerusakan, maka system dapat menghitung ulang berdasarkan parity
(angka 11), angka(Harddisk) apa yang hilang tersebut. Jadi data yang ada pada
harddisk yang rusak, tetaplah rusak, hanya saja dengan bantuan parity maka data
pada harddisk yang hilang tersebut dapat dihitung ulang kembali. Hal ini juga
yang menyebabkan untuk RAID 5 mengalami kerusakan harddisk adalah sebanyak 1
harddisk saja pada suatu saat.Kembali dengan analogi matematik diatas, jika
angka (Harddisk) 6 + 5 hilang, maka kemungkinan angka 11 didapat bisa memiliki
banyak kemungkinan, seperti 2+9, 3 + 8, dst. komputer tidak dapat membuat suatu
perhitungan yang tepat jika data yang tersedia memiliki banyak kemungkinan.
Dari sisi kapasitas, maka RAID 5 kita akan memiliki
kapasitas harddisk yang dapat digunakan sebanyak (N-1) x Kapasitas HDD dari
total kapasitas Harddisk yang terpasang, dimana N adalah jumlah Harddisk.
Contoh:
• 3 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar 600GB.
• 3 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar 600GB.
• 4 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 900GB.
• 5 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 1.2TB, dst.
7. RAID 6
(Disk Striping with Dual Parity)
Raid6 mulai didukung HANYA di PERC6
dan selanjutnya
Dapat dilihat dari namanya, RAID 6 menggunakan cara kerja dan konsep yang sama dengan RAID 5 dari sisi penulisan data yang tersebar di beberapa hard disk. Yang membedakan antara RAID 6 dan RAID 5 adalah jumlah parity yang ditulis pada saat penulisan data. Jika RAID 5 menggunakan satu parity, maka RAID 6 menggunakan dua parity. Dengan menulis 2 parity, maka RAID 6 dapat mengakomodasikan kerusakan harddisk maksimal 2 unit pada saat yang bersamaan
Dapat dilihat dari namanya, RAID 6 menggunakan cara kerja dan konsep yang sama dengan RAID 5 dari sisi penulisan data yang tersebar di beberapa hard disk. Yang membedakan antara RAID 6 dan RAID 5 adalah jumlah parity yang ditulis pada saat penulisan data. Jika RAID 5 menggunakan satu parity, maka RAID 6 menggunakan dua parity. Dengan menulis 2 parity, maka RAID 6 dapat mengakomodasikan kerusakan harddisk maksimal 2 unit pada saat yang bersamaan
Dari sisi kapasitas, maka RAID 6 kita akan memiliki
kapasitas harddisk yang dapat digunakan sebanyak (N-2) x Kapasitas HDD dari
total kapasitas Harddisk yang terpasang, dimana N adalah jumlah Harddisk.
Contoh:
• 4 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar 600GB.
• 4 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar 600GB.
• 5 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 900GB.
• 6 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 1.2TB, dst.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar